Saturday, 8 October 2016

Kloning

Adik-adik yang suka IPA pasti pernah atau bahkan sering mendengar kata kloning. Kata ini biasanya dikaitkan dengan teknik canggih dalam ilmu Biologi. Kali ini kita akan membahasnya.

Kita tentu telah mengetahui bahwa dalam proses reproduksi atau proses menghasilkan keturunan yang dilakukan makhluk hidup, terdapat dua cara utama. Yaitu reproduksi seksual dan aseksual.  Pada reproduksi seksual, keturunan memiliki genom yang merupakan perpaduan antara genom kedua induknya. Sementara pada reproduksi aseksual, keturunan memiliki genom yang identik dengan induknya.


Pada awalnya, istilah kloning diperuntukkan bagi semua peristiwa yang menghasilkan individu baru yang genomnya identik dengan induk. Namun saat ini kloning biasanya diartikan sebagai metode reproduksi aseksual yang dilakukan oleh saintis dalam eksprimen di laboratorium kepada makhluk hidup percobaan tertentu.

Kloning pada Tumbuhan

Metode kloning yang umum dilakukan pada tumbuhan adalah melalui klutur jaringan.  Jika disesuaikan dengan pembahasan kita maka kultur jaringan bisa juga disebut kloning menggunakan jaringan. Dengan teknik ini para saintis dapat menumbuhkan suatu individu (tanaman) baru yang genomnya identik dengan induk dengan menggunakan sekumpulan sel (jaringan). Teknik ini telah sukses menghasilkan  banyak sekali tanaman dengan genom yang identik dengan induk (yang sifat-sifatnya diharapkan atau menguntungkan manusia).

Kloning pada Hewan

Kloning pada hewan yang pertama kali berhasil dilakukan oleh para saintis adalah pada domba. Domba pertama yang merupakan hasil kloning diberi nama dolly, dilakukan pada tahun 1996 oleh para saintis Skotlandia. Meskipun beberapa hewan telah berhasil dikloning, namun ternyata hewan hasil kloning tersebut, termasuk dolly, tidaklah sesehat hewan-hewan yang normal dihasilkan dari reproduksi seksual. Hasil-hasil kloning tersebut berumur pendek.

Kloning pada hewan membutuhkan teknik yang lebih rumit. Sel yang hendak dikloning harus difusi (digabung) dengan sel telur dari hewan yang sejenis yang telah dihilangkan inti selnya. Sel hasil fusi tersebut kemudian ditumbuhkan hingga mencapai masa embrio awal di dalam tabung percobaan. Embrio awal kemudian ditanam di rahim (uterus) hewan sejenis hingga berkembang dan dilahirkan. Jadi jangan bayangkan kloning pada hewan dilakukan oleh para saintis semuanya di dalam tabung percobaan.

Selain itu kloning pada hewan mengalami permasalahan etik. Banyak pendapat yang tidak menyetujui dilakukannya kloning pada hewan, apalagi manusia. Kalian bisa bayangkan bagaimana kehidupan seseorang, termasuk penderitaan dan kelainan yang mereka dapatkan, disebabkan oleh oleh eksperimen melalui kloning. Selain itu kloning pada manusia dianggap terlalu "mencampuri" urusan Tuhan dalam mencipta kehidupan manusia.


Referensi:
Glencoe Science. 2007. Focus on Life Science. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 

No comments:

Post a Comment